Senin, 05 Oktober 2015

Mengembalikan Pendidikan Nilai Moral yang Hilang

Share & Comment

ldii.or.id, Jakarta (26/9). Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Namun mengabaikan aspek moral, mengakibatkan pendidikan kehilangan rohnya. Berkaitan dengan hal itu, DPP LDII menggelar sarasehan pendidikan, yang dihadiri para praktisi dan pemerhati pendidikan pada Sabtu (26/9) lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo selaku pembicara menyebutkan bahwa bangsa Indonesia tidak dapat membangun sebuah negara, jika tidak dimulai dari pendidikan terutama pendidikan moral. Kemerosotan moral saat ini merupakan imbas dari diabaikannya pendidikan moral di sekolah maupun di dalam keluarga.
Seperti contoh dalam hal menghargai para guru. Prasetyo Sunaryo mengutip salah satu kalimat yang bersumber dari buku Education For 1.3 Billion yang ditulis oleh mantan wakil perdana menteri Tiongkok yaitu Li Lan Qing yang mengatakan “Negara bisa maju jika rakyatnya menghormati para guru.” Walhasil pendidikan tidak memerlukan gedung-gedung mewah melainkan pendidikan membutuhkan guru-guru yang hebat dan terhormat.
Dalam buku tersebut dicontohkan, hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghormati dan menghargai guru yaitu, memberikan kompensasi untuk guru, dalam hal ini diumpamakan kuda yang diperintahkan untuk lomba tidak mungkin jika tidak diberi makan lebih dulu. Kedua, diambil dari puisi zaman Dinasti Tang, memberikan peruahan yang baik untuk guru. Kemudian ketiga, memberikan status terhormat untuk para guru, di mana semua pejabat diminta untuk menghormati dan menghargai para guru.
Lalu dicontohkan juga pendidikan moral di Finlandia dalam kasus Nokia yang mengajarkan untuk mengakui kekalahan dan tidak menyalahkan orang lain. Pihak Nokia mengatakan, “Dunia berubah terlalu cepat, mereka terlena, terlewatkan belajar, terlewatkan perubahan dan akhirnya hilanglah kesempatan.”
Sementara itu, pendidikan yang diterapkan di Jepang, menerapkan penghapusan sistem ranking dan dididik untuk lebih bekerja sama. Kemudian, pelatihan karakter yang mendidik murid untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya darurat (do it something) serta kemandirian menyelesaikan permasalahan.
Atas pemikiran ini, LDII mengharapkan adanya pendidikan yang menghasilkan generasi yang berakhlaqul karimah, berilmu, dan mandiri. Di mana seluruh pihak memiliki tugas mengukur tingkat keberhasilan tujuan pendidikan, menentukan elemen keberhasilan, merumuskan alat ukur keberhasilan dan menekankan kembali peran orang tua. Sebab, faktor pokok pendidikan adalah pendidik -- bukan hanya dari sekolah namun yang paling utama dari orangtua.
Selain materi pendidikan dalam pertemuan tersebut juga dijelaskan mengenai Bloom’s Taxonomy yaitu klasifikasi dari tujuan belajar yang seharusnya dipegang oleh pendidik dalam menentukan tujuan belajar (learning objectives). (Ubaidillah/LINES)
Tags:
 
Copyright © DPW LDII Papua Barat |Created By s@e| Templateism.com