Seorang pemimpin di setiap elemen kehidupan merupakan sosok penentu, yang keberadaannya sangat penting. Ia adalah nahkoda yang mengendalikan kapal dan harus siap-siaga dalam setiap pelayaran, agar penumpang dan kapal selamat menuju daratan.
Rosulullah SAW bersabda :
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut” (HR Bukhori)
Siapapun dia dan apapun profesinya, pada hakikatnya ia adalah pemimpin. Pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat. Dengan menyadari bahwa setiap individu pada dasarnya adalah pemimpin minimal pemimpin bagi dirinya sendiri, niscaya akan tumbuh rasa tanggung jawab atas apa yang diamanahkan kepadanya. Jika setiap orang telah faham dan sadar bahwa apa yang ada padanya hanyalah titipan dan amanah, maka tentu ia akan berhati-hati dalam mengelola dan menggunakannya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggung jawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
Untuk mewujudkan kepemimpinan yang jujur, bertanggung jawab, dan amanah harus dimulai dari diri sendiri dan hal yang kecil-kecil. Misalnya masuk ke warung dan makan gorengan lima, ya harus ngaku lima dan bayar lima. Kalau dalam hal yang kecil saja berani korupsi, bagaimana kalau dapat proyek besar.
Nabi bersabda : “Tiada seorang hamba yang diberi amanah rakyat oleh Allah. Lalu ia tidak memeliharanya denga baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya bau surga (tidak mendapatkan surga)“. (HR Bukhori)
“Seorang pemimpin yang dijadikan pengatur atas rakyatnya namun dia tidak bisa meramut dengan amanah dan nasehat maka sempit atasnya rahmat Allah yang menciptakan rahmat”. (Kanzil umal)
Secara jelas dapat dipahami bahwa tugas sebagai pemimpin itu berat dan beresiko apabila lalai dalam menjalankan amanah yang sudah dibebankan di pundaknya. Seorang pemimpin yang lebih mendahulukan kesejahteraan dan ketentraman serta kebahagiaan yang dipimpinnya adalah sosok pemimpin idaman.
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka melaknat kalian dan kalian melaknat mereka.” (HR Muslim)
seorang pemimpin mesti memperhatikan urusan umat dan bergaul bersama mereka dengan cara yang baik. Seorang pemimpin tidak hanya dituntut memiliki kecakapan dalam hal pemerintahan dan administasi. tetapi juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang menjadikan dirinya ditaati dan dicintai oleh rakyatnya.
Tanpa jiwa kepemimpinan. seseorang tidak mungkin bisa menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Pemimpin yang kasar cenderung dibenci dan ditakuti oleh rakyatnya. Pemimpin yang tidak memiliki wibawa akan dilecehkan dan tidak dipandang oleh rakyatnya. Untuk itu jiwa kepemimpinan harus dimiliki siapa saja yang memikul amanah kepemimpinan. Sebab, kepemimpinan adalah amanah yang sangat berat dan membutuhkan kesiapan pikiran dan kejiwaan.
(MT Abdillahsyam’/LINES)